Nama : Stephanie Octaviani
Kelas : 4EB19
NPM : 21209655
Tugas : Akuntansi Internasional
Dosen : DINI
ANDRIYANI
Pendapatan
Nasional Per Kapita
Badan Pusat Statistik (BPS)
memperkirakan pendapatan per kapita Indonesia akhir tahun ini mencapai US$
3.500-3.600, lebih tinggi dari tahun lalu US$ 3.005. Perkiraan itu didasarkan
pada kinerja pertumbuhan ekonomi yang konsisten saat ini. Pada triwulan II-2011,pertumbuhan
ekonomi nasional mencapai 2,9% dibandingkan triwulan sebelumnya, sedangkan
dibandingkan triwulan sama 2010 tumbuh 6,5%. Menurut Kepala BPS Rusman
Heriawan, secara kumulatif, produk domestik bruto (PDB) nominal semester I-2011
mencapai Rp 3.549 triliun,lebih tinggi dari semester I-2010 senilai Rp 3.084
triliun atau dibanding semester II-2010 sebesar Rp 3.339 triliun.“Kalau
perkembangan pada semester II tahun ini kira-kira sama dengan semester II tahun
lalu, total PDB tahun ini bisa mencapai Rp 7.400 triliun,” kata Rusman di
Jakarta, Jumat (5/8).Dia menjelaskan, dengan perkiraan PDB nominal 2011 sebesar
Rp 7.400 triliun atau setara pertumbuhan ekonomi 6,7% dan memperhitungkan jumlah
penduduk Indonesia sebanyak 241 juta jiwa dengan rata-rata kurs Rp 8.600 per
dolar AS, pendapatan per kapita Indonesia hingga akhir tahun ini mencapai US$
3.500-US$ 3.600. “Angka itu lebih tinggi dari tahun lalu US$ 3.004,9,” ujar
Rusman. Pemerintah Optimistis Secara terpisah, Menko Perekonomian Hatta Rajasa
optimistis pertumbuhan ekonomi tahun ini minimal mencapai 6,5%. “Dengan pertumbuhan
yang stabil sejak awal tahun dan pencapaian pertumbuhan kuartal II sebesar
6,5%, saya yakin perekonomian nasional tahun ini setidaknya mencapai
6,5%, atau di atas target APBN sebesar 6,4%,” tutur Hatta. Dia mengungkapkan,
saat ini terjadi sedikit guncangan di pasar modal global. Di sisi lain,
sejumlah negara mengalami penurunan pertumbuhan selama kuartal II. Contohnya
Tiongkok dan Singapura yang ekonominya tumbuh pesat pada kuartal I, tapi pada
kuartal II turun tajam. “Tapi Indonesia tetap mengalami pertumbuhan stabil. Konsumsi
masyarakat tetap terjaga,inflasi juga cukup baik,” ujarnya.Hatta juga optimistis
nilai ekspor bisa menembus US$ 200 miliar tahun ini. Reali sasi nilai ekspor
yang melebihi impor menunjukkan surplus pada neraca perdagangan yang
tetap Akhir 2011, Pendapatan Per Kapita US$ 3.600 “Ekspor kita jauh lebih
tinggi pertumbuhannya dibanding impor,” tutur dia. Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi
nasional, menurut Hatta Rajasa, pemerintah harus mampu mengatasi tiga titik
hambatan. Pertama, memperbaiki perencanaan proyek yang terkait belanja modal
dan infrastruktur. Kedua, memperbaiki proses pelelangan. Ketiga, memperbaiki
proses penyelesaian atau pembayaran. “Ini sebetulnya sudah diatur Perpres No 54
Tahun 2010 tentang Pengadaan
Barang dan Jasa Pemerintah. Tapi, menurut saya, Perpres ini harus terus dievaluasi.
Kalau menghambat, tentu harus diubah. Pengadaan barang dan jasa pemerintah harus simpel, cepat, transparan, dan akuntabel, bukan njelimet, berbelit-belit, malah memperlambat. Itu repot,” Hatta.
Barang dan Jasa Pemerintah. Tapi, menurut saya, Perpres ini harus terus dievaluasi.
Kalau menghambat, tentu harus diubah. Pengadaan barang dan jasa pemerintah harus simpel, cepat, transparan, dan akuntabel, bukan njelimet, berbelit-belit, malah memperlambat. Itu repot,” Hatta.
Minim Tenaga Kerja Menanggapi
hal itu, ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Latief Adam
mengungkapkan, laju pertumbuhan ekonomi masih didominasi sektor
non-tradeable yang terbilang minim menyerap tenaga kerja. “Kontribusi sektor pengolahan
dan pertanian masih 39%. Padahal, idealnya, kedua sektor tersebut harus dominan
untuk dapat menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas,” ujarnya. Menurut
Latief, seharusnya pertumbuhan ekonomi disokong sektor-sektor yang tradeable,
seperti pertanian, industri, dan pertambangan. Pasalnya, ketiga sektor tersebut
paling besar menyerap tenaga kerja. Dia menambahkan, dengan
pencapaianpertumbuhan ekonomi semester I-2011 sebesar 6,5% dibanding semester I
tahun silam, Indonesia sepanjang tahun ini mampu mencatatkan pertumbuhan ekonomi
di atas 6,7%. Namun, untuk dapat mencapainya, pemerintah harus mampu
mengendalikan inflasi.“Pertumbuhan ekonomi sebagian besar didorong konsumsi
masyarakat. Jika inflasi tinggi, daya beli masyarakat menurun dan konsumsi
masyarakat akan berkurang. Ini tentu berdampak pada pertumbuhan ekonomi,”
papardia. Selain disokong tingkat konsumsi yang tinggi, menurut Latief,
trend investasi diperkirakan akan semakin meningkat pada kuartal III. .Demikian
pula belanja pemerintah. “Yang akan menjadi hambatan justru ekspor, karena
beberapa negara tujuan ekspor seperti Amerika Serikat dan Jepang
menunjukkan penurunan performa,”ucap dia. Dia mengatakan, meskipun pada akhir tahun diprediksi terjadi perlambatan ekonomi global, pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap bakal meningkat. “Eksposur kita dengan AS dan Eropa tidak setinggi Singapura atau negara Asean yang lain. Yang terpengaruh paling-paling ekspor,”ujarnya. Latief menambahkan, terpuruknya ekonomi AS dan Eropa justru akan mendatangkan keuntungan tersendiri bagi Indonesia. Soalnya, para investor akan memilih negara tujuan lain untuk berinvestasi, salah satunya Indonesia. “Capital inflow akan semakin deras. Tinggal bagaimana caranya mentransmisikan capital inflow ke sektor riil,” katanya. Konsumsi Rumah Tangga Kepala BPS Rusman Heriawan mengungkapkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II-2011 mencapai 2,9% dibandingkan triwulan sebelumnya. Sedangkan dibandingkan triwulan yang sama 2010 tumbuh 6,5%. Konsumsi rumahtangga memberikan kontribusi paling besar. Sebaliknya, belanja pemerintah berkontribusi paling rendah. Secara spasial, menurut dia, struktur perekonomian Indonesia pada triwulan II-2011 masih didominasi kelompok provinsi di Pulau Jawa dengan kontribusi terhadap PDB sebesar 57,7%, diikuti Sumatera 23,5%, Kalimantan 9,5%, Sulawesi 4,7%, dan sisanya 4,6% dikontribusi pulau-pulau lainnya. Rusman mengatakan, besaran PDB atas dasar harga berlaku pada triwulan II-2011 mencapai Rp 1.811,1 triliun. Adapun PDB atas dasar harga konstan 2000 pada triwulan yang sama sebesar Rp 611,1 triliun. Sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah perdagangan, hotel, dan restoran 4,8%, konstruksi 4,2%, serta sector listrik, gas, dan air bersih 4%.Secara tahunan , kata dia, sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh 10,7%, sektor perdagangan, hotel, dan restoran 9,6%, dan sektor konstruksi 7,4%. Struktur PDB triwulan II-2011 masih didominasi sektor industri pengolahan, sektor pertanian, serta sektor perdagangan, hotel, dan restoran dengan kontribusi masingmasing 24,3%, 15,4%, dan 13,9%. Rusman menjelaskan, pertumbuhan PDB triwulan II-2011 dibandingkan triwulan I-2011 yang mencapai 2,9% ditopang kenaikan pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar 1,3%. Sedangkan pengeluaran konsumsi pemerintah naik 26%, pembentukan modal tetap bruto (PMTB) naik 3,9%, ekspor barang dan jasa tumbuh 7,4%, serta impor barang dan jasa meningkat 6%. Dia menambahkan, pertumbuhan ekonomi triwulan II-2011 yang mencapai 6,5% dibandingkan triwulan II- 2010 didukung pengeluaran konsumsi rumahtangga yang meningkat 4,6%. Pendukung lainnya adalah pengeluaran konsumsi pemerintah 4,5%, PMTB 9,2%, ekspor barang dan jasa 17,4%, serta impor barang dan jasa 16%. Adapun pertumbuhan ekonomi semester I-2011 terhadap semester I- 2010 yang mencapai 6,5% didukung peningkatan konsumsi rumahtangga 4,5%, konsumsi pemerintah 3,7%, PMTB 8,3%, serta ekspor dan impor masing-masing 14,9% dan 15,8%. Rusman mengemukakan, struktur PDB penggunaan triwulan II-2011 didominasi komponen pengeluaran rumahtangga sebesar 54,3%. Komponen PMTB dan pengeluaran konsumsi pemerintah memberikan kontribusi masing-masing 31,6% dan 8,3%. Sedangkan ekspor neto berkontribusi 1,9%.
menunjukkan penurunan performa,”ucap dia. Dia mengatakan, meskipun pada akhir tahun diprediksi terjadi perlambatan ekonomi global, pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap bakal meningkat. “Eksposur kita dengan AS dan Eropa tidak setinggi Singapura atau negara Asean yang lain. Yang terpengaruh paling-paling ekspor,”ujarnya. Latief menambahkan, terpuruknya ekonomi AS dan Eropa justru akan mendatangkan keuntungan tersendiri bagi Indonesia. Soalnya, para investor akan memilih negara tujuan lain untuk berinvestasi, salah satunya Indonesia. “Capital inflow akan semakin deras. Tinggal bagaimana caranya mentransmisikan capital inflow ke sektor riil,” katanya. Konsumsi Rumah Tangga Kepala BPS Rusman Heriawan mengungkapkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II-2011 mencapai 2,9% dibandingkan triwulan sebelumnya. Sedangkan dibandingkan triwulan yang sama 2010 tumbuh 6,5%. Konsumsi rumahtangga memberikan kontribusi paling besar. Sebaliknya, belanja pemerintah berkontribusi paling rendah. Secara spasial, menurut dia, struktur perekonomian Indonesia pada triwulan II-2011 masih didominasi kelompok provinsi di Pulau Jawa dengan kontribusi terhadap PDB sebesar 57,7%, diikuti Sumatera 23,5%, Kalimantan 9,5%, Sulawesi 4,7%, dan sisanya 4,6% dikontribusi pulau-pulau lainnya. Rusman mengatakan, besaran PDB atas dasar harga berlaku pada triwulan II-2011 mencapai Rp 1.811,1 triliun. Adapun PDB atas dasar harga konstan 2000 pada triwulan yang sama sebesar Rp 611,1 triliun. Sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah perdagangan, hotel, dan restoran 4,8%, konstruksi 4,2%, serta sector listrik, gas, dan air bersih 4%.Secara tahunan , kata dia, sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh 10,7%, sektor perdagangan, hotel, dan restoran 9,6%, dan sektor konstruksi 7,4%. Struktur PDB triwulan II-2011 masih didominasi sektor industri pengolahan, sektor pertanian, serta sektor perdagangan, hotel, dan restoran dengan kontribusi masingmasing 24,3%, 15,4%, dan 13,9%. Rusman menjelaskan, pertumbuhan PDB triwulan II-2011 dibandingkan triwulan I-2011 yang mencapai 2,9% ditopang kenaikan pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar 1,3%. Sedangkan pengeluaran konsumsi pemerintah naik 26%, pembentukan modal tetap bruto (PMTB) naik 3,9%, ekspor barang dan jasa tumbuh 7,4%, serta impor barang dan jasa meningkat 6%. Dia menambahkan, pertumbuhan ekonomi triwulan II-2011 yang mencapai 6,5% dibandingkan triwulan II- 2010 didukung pengeluaran konsumsi rumahtangga yang meningkat 4,6%. Pendukung lainnya adalah pengeluaran konsumsi pemerintah 4,5%, PMTB 9,2%, ekspor barang dan jasa 17,4%, serta impor barang dan jasa 16%. Adapun pertumbuhan ekonomi semester I-2011 terhadap semester I- 2010 yang mencapai 6,5% didukung peningkatan konsumsi rumahtangga 4,5%, konsumsi pemerintah 3,7%, PMTB 8,3%, serta ekspor dan impor masing-masing 14,9% dan 15,8%. Rusman mengemukakan, struktur PDB penggunaan triwulan II-2011 didominasi komponen pengeluaran rumahtangga sebesar 54,3%. Komponen PMTB dan pengeluaran konsumsi pemerintah memberikan kontribusi masing-masing 31,6% dan 8,3%. Sedangkan ekspor neto berkontribusi 1,9%.
Dampak Positif meskipun pada akhir tahun diprediksi
terjadi perlambatan ekonomi global, pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap bakal
meningkat. “Eksposur kita dengan AS dan Eropa tidak setinggi Singapura atau
negara Asean yang lain. Yang terpengaruh paling-paling ekspor,” terpuruknya
ekonomi AS dan Eropa justru akan mendatangkan keuntungan tersendiri bagi
Indonesia. Soalnya, para investor akan memilih negara tujuan lain untuk berinvestasi,
salah satunya Indonesia. “Capital inflow akan semakin deras. Tinggal bagaimana
caranya mentransmisikan capital inflow ke sektor riil,”
Dampak Negatif dari pemerintah harus mampu
mengendalikan inflasi.“Pertumbuhan ekonomi sebagian besar didorong konsumsi
masyarakat. Jika inflasi tinggi, daya beli masyarakat menurun dan konsumsi
masyarakat akan berkurang. Ini tentu berdampak pada pertumbuhan ekonomi,” Selain
disokong tingkat konsumsi yang tinggi, menurut Latief, trend investasi
diperkirakan akan semakin meningkat pada kuartal III. .Demikian pula belanja
pemerintah. “Yang akan menjadi hambatan justru ekspor, karena beberapa negara
tujuan ekspor seperti Amerika Serikat dan Jepang menunjukkan penurunan
performa,
Sumber : http://indonesiacompanynews.wordpress.com/2011/08/06/akhir-2011-pendapatan-per-kapita-us-3-600/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar