Sabtu, 24 September 2011
penalaran deduktif-induktif, saya dan jurusan kuliah
PENALARAN DEDUKTIF-INDUKTIF
DAN
JENIS-JENIS DEDUKTIF-INDUKTIF
Penalaran deduktif merupakan prosedur yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Metode ini diawali dari pebentukan teori, hipotesis, definisi operasional, instrumen dan operasionalisasi. Dengan kata lain, untuk memahami suatu gejala terlebih dahulu harus memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian di lapangan. Dengan demikian konteks penalaran deduktif tersebut, konsep dan teori merupakan kata kunci untuk memahami suatu gejala.
Penalaran induktif merupakan prosedur yang berpangkal dari peristiwa khusus sebagai hasil pengamatan empirik dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat umum. Dalam hal ini penalaran induktif merupakan kebalikan dari penalaran deduktif. Berbeda dengan penalaran induktif, penalaran deduktif adalah menarik kesimpulan khusus dari premis yang lebih umum. jika premis benar dan cara penarikan kesimpulannya sah, maka dapat dipastikan hasil kesimpulannya benar. jika penalaran induktif erat kaitannya dengan statistika, maka penalaran deduktif erat dengan matematika khususnya matematika logika dan teori himpunan dan bilangan. contoh penalaran deduktif adalah :
- semua hewan punya mata
- anjing termasuk hewan
:. anjing punya mata
Penalaran induktif adalah penalaran yang mengambil contoh-contoh khusus yang khas untuk kemudian diambil kesimpulan yang lebih umum. penalaran ini memudahkan untuk memetakan suatu masalah sehingga dapat dipakai dalam masalah lain yang serupa. catatan bagaimana penalaran induktif ini bekerja adalah, meski premis-premis yang diangkat benar dan cara penarikan kesimpulannya sah, kesimpulannya belum tentu benar. tapi kesimpulan tersebut mempunyai peluang untuk benar.
contoh penalaran induktif adalah :
kerbau punya mata. anjing punya mata. kucing punya mata
:. setiap hewan punya mata
Penalaran induktif membutuhkan banyak sampel untuk mempertinggi tingkat ketelitian premis yang diangkat. untuk itu penalaran induktif erat dengan pengumpulan data dan statistik.
Penalaran induktif ini mengangkat 1 kasus untuk ditarik dalam kesimpulan umumnya. contohnya kurang banyak. dan meski penalaran induktif sudah kuat dengan contoh yang banyak, kesimpulan induktif yang dihasilkan pun masih bisa dipertanyakan keabsahannya. sementara lebih jauh,
Untuk turun ke lapangan dan melakukan penelitian tidak harus memliki konsep secara canggih tetapi cukup mengamati lapangan dan dari pengamatan lapangan tersebut dapat ditarik generalisasi dari suatu gejala. Dalam konteks ini, teori bukan merupakan persyaratan mutlak tetapi kecermatan dalam menangkap gejala dan memahami gejala merupakan kunci sukses untuk dapat mendiskripsikan gejala dan melakukan generalisasi.
Kedua penalaran tersebut di atas (penalaran deduktif dan induktif), seolah-olah merupakan cara berpikir yang berbeda dan terpisah. Tetapi dalam prakteknya, antara berangkat dari teori atau berangkat dari fakta empirik merupakan lingkaran yang tidak terpisahkan. Kalau kita berbicara teori sebenarnya kita sedang mengandaikan fakta dan kalau berbicara fakta maka kita sedang mengandaikan teori (Heru Nugroho; 2001: 69-70). Dengan demikian, untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah kedua penalaran tersebut dapat digunakan secara bersama-sama dan saling mengisi, dan dilaksanakan dalam suatu ujud penelitian ilmiah yang menggunakan metode ilmiah dan taat pada hukum-hukum logika.
Upaya menemukan kebenaran dengan cara memadukan penalaran deduktif dengan penalaran induktif tersebut melahirkan penalaran yang disebut dengan reflective thinking atau berpikir refleksi. Proses berpikir refleksi ini diperkenalkan oleh John Dewey (Burhan Bungis: 2005; 19-20),
yaitu dengan langkah-langkah atau tahap-tahap sebagai berikut :
• The Felt Need, yaitu adanya suatu kebutuhan. Seorang merasakan adanya suatu kebutuhan yang menggoda perasaannya sehingga dia berusaha mengungkapkan kebutuhan tersebut.
• The Problem, yaitu menetapkan masalah. Kebutuhan yang dirasakan pada tahap the felt need di atas, selanjutnya diteruskan dengan merumuskan, menempatkan dan membatasi permasalahan atau kebutuhan tersebut, yaitu apa sebenarnya yang sedang dialaminya, bagaimana bentuknya serta bagaimana pemecahannya.
• The Hypothesis, yaitu menyusun hipotesis. Pengalaman-pengalaman seseorang berguna untuk mencoba melakukan pemecahan masalah yang sedang dihadapi. Paling tidak percobaan untuk memecahkan masalah mulai dilakukan sesuai dengan pengalaman yang relevan. Namun pada tahap ini kemampuan seseorang hanya sampai pada jawaban sementara terhadap pemecahan masalah tersebut, karena itu ia hanya mampu berteori dan berhipotesis.
• Collection of Data as Avidance, yaitu merekam data untuk pembuktian. Tak cukup memecahkan masalah hanya dengan pengalaman atau dengan cara berteori menggunakan teori-teori, hukum-hukum yang ada. Permasalahan manusia dari waktu ke waktu telah berkembang dari sederhana menjadi sangat kompleks; kompleks gejala maupun penyebabnya. Karena itu pendekatan hipotesis dianggap tidak memadai, rasionalitas jawaban pada hipotesis mulai dipertanyakan. Masyarakat kemudian tidak puas dengan pengalaman-pengalaman orang lain, juga tidak puas dengan hukum-hukum dan teori-teori yang juga dibuat orang sebelumnya. Salah satu alternatif adalah membuktikan sendiri hipotesis yang dibuatnya itu. Ini berarti orang harus merekam data di lapangan dan mengujinya sendiri. Kemudian data-data itu dihubung-hubungkan satu dengan lainnya untuk menemukan kaitan satu sama lain, kegiatan ini disebut dengan analisis. Kegiatan analisis tersebut dilengkapi dengan kesimpulan yang mendukung atau menolak hipotesis, yaitu hipotesis yang dirumuskan tadi.
• Concluding Belief, yaitu membuat kesimpulan yang diyakini kebenarannya. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan pada tahap sebelumnya, maka dibuatlah sebuah kesimpulan, dimana kesimpulan itu diyakini mengandung kebenaran.
• General Value of The Conclusion, yaitu memformulasikan kesimpulan secara umum. Konstruksi dan isi kesimpulan pengujian hipotesis di atas, tidak saja berwujud teori, konsep dan metode yang hanya berlaku pada kasus tertentu – maksudnya kasus yang telah diuji hipotesisnya – tetapi juga kesimpulan dapat berlaku umum terhadap kasus yang lain di tempat lain dengan kemiripan-kemiripan tertentu dengan kasus yang telah dibuktikan tersebut untuk masa sekarang maupun masa yang akan datang.
Proses maupun hasil berpikir refleksi di atas, kemudian menjadi popular pada berbagai proses ilmiah atau proses ilmu pengetahuan. Kemudian, tahapan-tahapan dalam berpikir refleksi ini dipatuhi secara ketat dan menjadi persyaratan dalam menentukan bobot ilmiah dari proses tersebut. Apabila salah satu dari langkah-langkah itu dilupakan atau dengan sengaja diabaikan, maka sebesar itu pula nilai ilmiah telah dilupakan dalam proses berpikir ini.
Jenis-jenis Penalaran Deduktif
Silogisme
Silogisme merupakan proses penalaran di mana dari dua proposisi (sebagai premis) ditarik suatu proposisi baru (berupa konklusi).
Macam-macam Silogisme :
1. Silogisme Kategorial
Silogisme kategorial disusun berdasarkan klasifikasi premis dan kesimpulan yang kategoris. Premis yang mengandung predikat dalam kesimpulan disebut premis mayor, sedangkan premis yang mengandung subjek dalam kesimpulan disebut premis minor.
Contoh :
Premis Mayor : Tidak ada manusia yang kekal
Premis Minor : Socrates adalah manusia
Kesimpulan : Socrates tidak kekal
2. Silogisme Hipotesis
Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional hipotesis. Konditional hipotesis yaitu : bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya Menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen.
Contoh :
Premis Mayor : Jika tidak ada air, manusia akan kehausan.
Premis Minor : Air tidak ada.
Kesimpulan : Manusia akan kehausan.
3. Silogisme Alternatif
Silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Simpulannya akan menolak alternatif yang lain.
Contoh :
Premis Mayor : Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor.
Premis Minor : Nenek Sumi berada di Bandung.
Kesimpulan : Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.
Entimen
Entimem atau Enthymeme berasal dari bahasa Yunani “en” artinya di dalam dan “thymos” artinya pikiran adalah sejenis silogisme yang tidak lengkap, tidak untuk menghasilkan pembuktian ilmiah, tetapi untuk menimbulkan keyakinan dalam sebuah entimem, penghilangan bagian dari argumen karena diasumsikan dalam penggunaan yang lebih luas, istilah "enthymeme" kadang-kadang digunakan untuk menjelaskan argumen yang tidak lengkap dari bentuk selain silogisme. Menurut Aristoteles yang ditulis dalam Retorika, sebuah "retorik silogisme" adalah bertujuan untuk pembujukan yang berdasarkan kemungkinan komunikan berpendapat sedangkan teknik bertujuan untuk pada demonstrasi.
Kata lainnya, entimem merupakan silogisme yang diperpendek.
Contoh :
Rumus Entimem
PU : Semua A = B : Pegawai yang baik tidak pernah datang terlambat.
PK : Nyoman pegawai yang baik.
S : Nyoman tidak pernah datang terlambat
Entimem : Nyoman tidak pernah datang terlambat karena ia pegawai yang baik
Jenis-jenis Penalaran Induktif
1. GENERALISASI
Proses penalaran yang mengandalkan beberapa pernyataan yang mempunyai sifat tertentu untuk mendapatkan simpulan yang bersifat umum. Atau dengan kata lain proses penalaran yang bertolak dari fenomena individual menuju kesimpulan umum.
Contoh:
Grace Natalie adalah presenter berita, dan ia berparas cantik.
Fessy Alwi adalah presenter berita, dan ia berparas cantik.
Generalisasi : Semua presenter berita berparas cantik.
Pernyataan "semua presenter berita berparas cantik" hanya memiliki kebenaran probabilitas karena belum pernah diselidiki kebenarannya.
Sahih atau tidak sahihnya kesimpulan dari generalisasi itu dapat dilihat dari hal-hal yang berikut :
a) Data-data itu harus memadai jumlahnya. Makin banyak data yang dipaparkan maka makin sahih simpulan yang diperoleh.
b) Data-data itu harus mewakili keseluruhan. Dari data yang sama itu akan dihasilkan kesimpulan yang sahih.
c) Pengecualian perlu diperhitungkan karena data-data yang mempunyai sifat khusus tidak dapat dijadikan data.
Macam-Macam Generalisasi :
1.1 Generalisasi sempurna
Generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki.
Contoh:
sensus penduduk
1.2 Generalisasi tidak sempurna
Generalisasi dimana kesimpulan diambil dari sebagian fenomena yang diselidiki diterapkan juga untuk semua fenomena yang belum diselidiki.
Contoh:
Hampir seluruh pria dewasa di Indonesia senang memakai celana pantaloon.
Generalisasi yang tidak sempurna juga dapat menghasilkan kebenaran apabila melalui prosedur pengujian yang benar.
Prosedur pengujian atas generalisasi tersebut adalah:
1. Jumlah sampel yang diteliti terwakili.
2. Sampel harus bervariasi.
3. Mempertimbangkan hal-hal yang menyimpang dari fenomena umum/ tidak umum.
2. ANALOGI
adalah penalaran induktif dengan membandingkan dua hal yang mempunyai sifat sama atau banyak persamaannya.
Tujuan penalaran secara analogi adalah sebagai berikut:
1. Analogi dilakukan untuk meramalkan kesamaan.
2. Analogi dilakukan untuk menyingkapkan kekeliruan.
3. Analogi digunakan untuk menyusun klasifikasi.
Contoh :
Nina adalah lulusan Akademi Amanah.
Nina dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
Ali adalah lulusan Akademi Amanah.
Oleh Sebab itu, Ali dapat menjalankan tugasnya dengan baik
3. Hubungan Kausal.
Adalah penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan. Hal ini terlihat ketika tombol ditekan yang akibatnya bel berbunyi. Dalam kehidupan kita sehari-hari, hubungan kausal ini sering kita temukan, seperti :
Contoh :
Ketika pulang dari pasar, Ibu Sonya melihat tanah di halamannya becek, ibu langsung menyimpulkan bahwa kain jemuran di belakang rumahnya pasti basah. Dalam kasus itu penyebabnya tidak ditampilkan yaitu hari hujan.
Dalam kaitannya dengan hubungan kausal ini, tiga hubungan antar masalah yaitu sebagai berikut:
1. Sebab akibat
Sebab akibat ini berpola A menyebabkan B, C, dan seterusnya. Sehingga efek dari suatu peristiwa yang diaanggap penyebab kadang-kadang lebih dari satu. Dalam kaitannya dengan hubungan kausal ini, diperlukan kemampuan penalaran seseorang untuk mendapatkan simpulan penalaran.
Contoh :
Hujan turun di daerah itu mengakibatkan timbulnya banjir.
2. Akibat sebab
Akibat sebab ini dapat kita lihat pada peristiwa seseorang yang pergi ke dokter. Kedokter merupakan akibat dan sakit merupakan sebab. Jadi hampir mirip dengan entimen. Akan tetapi dalam penalaran jenis akibat sebab ini, Peristiwa sebab merupaka simpulan.
Contoh :
Andika tidak lulus dalam ujian kali ini disebabkan dia tidak belajar dengan baik.
3. Akibat-akibat
Akibat-akibat adalah suatu penalaran yang menyiratkan penyebabnya. Peristiwa “akibat” langsung disimpulkan pada suatu akibat yang lain.
Contoh:
Ibu mendapatkan jalanan di depan rumah becek, sehingga ibu beranggapan jemuran di rumah basah
Sumber :
http://ssantoso.blogspot.com
http://myth90.blogspot.com/2011/02/penalaran-deduktif.html
http://firstdiyana.blogspot.com/2011/04/jenis-jenis-penalaran-induktif.html
SAYA DAN JURUSAN KULIAH
Nama saya Stephanie.Octaviani. saya anak kedua dari dua orang bersaudara. Anak pertama namanya adalah frans Benjamin,dia adalah kakak saya. Dan yang kedua adalah saya. Saya dibesarkan oleh keluarga yang sederhana. Tapi sekarang saya hanya tinggal bersama seorang ibu dan kakak saya. Orang tua saya sudah lama berpisah. Sejak kecil saya dibesarkan oleh ibu saya. Saya bangga mempunyai seorang ibu yang luar biasa hebatnya. Dia membesarkan saya juga kakak saya hanya seorang diri. Ibu saya selalu memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya.
Bagaimanapun keadaan dirinya dia tidak pernah menunjukkan kepada anak-anaknya. Dia ingin selalu anak-anaknya bahagia, dan hidup secara baik,rendah hati, dan sederhana. Dia selalu mencukupkan kebutuhan kami. Dia berjuang dan berusaha sekuat tenaganya. Dia tak kenal lelah. Saya dan kakak saya sangat bahagia mempunyai seorang ibu yang luar bisa hebat.disaat anaknya sedih dan membutuhkan pertolongan, ibu selalu hadir menemani dan memberikan kebahagian.dia selalu ada saat kami membutuhkan Dia. Meski tanpa seorang ayah, hidup kami pun bahagia. Saya sangat beruntung mempunyai keluarga yang selalu ada di saat saya membutuhkan mereka. Ibu saya selalu memberikan semangat untuk saya. Ibu saya juga selalu mengajarkan hal-hal yang baru dalam kehidupan saya. Saya juga senang mempunyai seorang kakak yang sangat baik. Dia selalu melindungi saya, menjaga saya, dan memberikan yang terbaik untuk saya. Dia tidak ingin adiknya terluka.
Saya sangat senang saya punya kakak yang selalu ada di saat saya membutuhkan dia. Meskipun terkadang kakak saya juga suka membuat saya kesal dengan dirinya, tapi Dia adalah kakak yang luar biasa, pelindung untuk saya juga ibu saya. Saya juga senang mempunyai seorang kakek yang sangat sayang kepada saya, sejak saya tidak tinggal bersama ayah saya, kakek saya yang memberikan sebuah kasih sayang seorang ayah untuk saya. Dia selalu memenuhi kehidupan saya. Kakek saya selalu memberikan apa yang saya ingin kan. Meskipun berbanding terbalik dengan nenek saya, kalau nenek saya Dia menyanyangi kakak laki-laki saya. Tapi saya tidak iri, karena saya di sayang oleh kakek saya. Saya mempunyai keluarga besar yang begitu hebatnya.
Dan saya selalu mengingat pesan-pesan ibu saya kepada saya. Dan ketika saya sedang marah atau saya dendam kepada seseorang ibu saya juga bilang” maafkanlah mereka, biar tuhan yang membalasnya” lalu saya berfikir ibu saya benar untuk apa saya harus marah dan dendam kepada seseorang, lebih baik saya memaafkannya, dan biar tuhan yang menentukan semua hukumannya untuk mereka. Karena saya tidak berhak untuk menghukum mereka, saya juga manusia sama seperti mereka. Ibu saya juga bilang kalau kamu sudah sukses jangan lupa lihat kebawah, jangan jadi congkak dan sombong, tetaplah rendah hati dan bantulah orang yang butuh pertolongan kamu. Kata-kata yang luar biasa yang akan selalu ingat dari seorang ibu yang sangat luar biasa hebatnya.
Saya memilih jurusan kuliah akuntansi karena orang tua saya, saya sangat menghormati orang tua saya. Walaupun saya belum begitu memahami akuntansi saya mencoba untuk belajar dan mencintai apa yang sudah saya ambil. Saya menginginkan jadi seorang Hukum atau psikolog. Akan tetapi orang tua saya tidak mengingankan saya mengambil jurusan itu. Tapi apapun pilihan orangtua saya yang pilih saya yakin ini semua buat masa depan saya kelak. Saya mulai mempelajari akuntansi di universitas gunadarma. Saya pernah mendapatkan pelajaran akuntansi dasar dari SMP. Saya coba untuk belajar lagi memahami,mengerti apa itu akuntansi.
Saya ingin orangtua saya bahagia. Tapi terkadang saya berdoa semoga tuhan memberikan kemudahan pada saya untuk bisa mengerti dan menangkap segala yang sudah di ajarkan oleh para dosen,supaya saya dating ke kampus itu tidak sia-sia.walau hanya dapat sedikit, tapi saya bersyukur. Saya selalu menginginkan yang terbaik untuk orangtua saya.karena saya sangat menyanyangi Ibu saya, yang sudah bekerja keras untuk menjadikan saya menjadi seorang anak yang berguna untuk Nusa dan Bangsa. Juga saya ingin membantu Negara ini agar tidak ada lagi para koruptor.
Saya ingin menjadi akuntan yang jujur dan dapat di percaya oleh Negara saya sendiri. Tidak mempermalukan orangtua saya kelaknya. Saya tidak menginginkan kemiskinan semakin banyak. Banyak anak-anak yang tidak mendapatkan pendidikan yang layak, banyak anak-anak yang masih kecil sudah harus bekerja untuk membantu perekonomian keluarganya. Saya menginginkan perekonomian Negara ini kembali bersih dan semua bisa mendapatkan hak-haknya. Orangtua bagi saya adalah segalanya. Dia bukan hanya seorang ibu,tetapi dia juga bisa menjadi seorang kakak,sahabat dan teman yang paling baik buat saya. Dia tidak pernah meninggalkan saya.
Saya akan terus berjuang sampai saya mendapatkan gelar sarjana akuntansi saya.
Nama : Stephanie.octaviani
Kelas : 3EB19
Npm : 21209655
Pelajaran : Bahasa Indonesia 2
Dosen : DIAH NURMALASARI, SPd
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar