Rabu, 24 April 2013

PENDAPATAN NASIONAL PER KAPITA


Nama         : Stephanie Octaviani
Kelas         : 4EB19
NPM         : 21209655
Tugas         : Akuntansi Internasional
Dosen        : DINI ANDRIYANI
Pendapatan Nasional Per Kapita
Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan pendapatan per kapita Indonesia akhir tahun ini mencapai US$ 3.500-3.600, lebih tinggi dari tahun lalu US$ 3.005. Perkiraan itu didasarkan pada kinerja pertumbuhan ekonomi yang konsisten saat ini. Pada triwulan II-2011,pertumbuhan ekonomi nasional mencapai 2,9% dibandingkan triwulan sebelumnya, sedangkan dibandingkan triwulan sama 2010 tumbuh 6,5%. Menurut Kepala BPS Rusman Heriawan, secara kumulatif, produk domestik bruto (PDB) nominal semester I-2011 mencapai Rp 3.549 triliun,lebih tinggi dari semester I-2010 senilai Rp 3.084 triliun atau dibanding semester II-2010 sebesar Rp 3.339 triliun.“Kalau perkembangan pada semester II tahun ini kira-kira sama dengan semester II tahun lalu, total PDB tahun ini bisa mencapai Rp 7.400 triliun,” kata Rusman di Jakarta, Jumat (5/8).Dia menjelaskan, dengan perkiraan PDB nominal 2011 sebesar Rp 7.400 triliun atau setara pertumbuhan ekonomi 6,7% dan memperhitungkan jumlah penduduk Indonesia sebanyak 241 juta jiwa dengan rata-rata kurs Rp 8.600 per dolar AS, pendapatan per kapita Indonesia hingga akhir tahun ini mencapai US$ 3.500-US$ 3.600. “Angka itu lebih tinggi dari tahun lalu US$ 3.004,9,” ujar Rusman. Pemerintah Optimistis Secara terpisah, Menko Perekonomian Hatta Rajasa optimistis pertumbuhan ekonomi tahun ini minimal mencapai 6,5%. “Dengan pertumbuhan yang stabil sejak awal tahun dan pencapaian pertumbuhan kuartal II sebesar 6,5%, saya yakin  perekonomian nasional tahun ini setidaknya mencapai 6,5%, atau di atas target APBN sebesar 6,4%,” tutur Hatta. Dia mengungkapkan, saat ini terjadi sedikit guncangan di pasar modal global. Di sisi lain, sejumlah negara mengalami penurunan pertumbuhan selama kuartal II. Contohnya Tiongkok dan Singapura yang ekonominya tumbuh pesat pada kuartal I, tapi pada kuartal II turun tajam. “Tapi Indonesia tetap mengalami pertumbuhan stabil. Konsumsi masyarakat tetap terjaga,inflasi juga cukup baik,” ujarnya.Hatta juga optimistis nilai ekspor bisa menembus US$ 200 miliar tahun ini. Reali sasi nilai ekspor yang melebihi impor menunjukkan surplus pada neraca perdagangan yang  tetap Akhir 2011, Pendapatan Per Kapita US$ 3.600 “Ekspor kita jauh lebih tinggi pertumbuhannya dibanding impor,” tutur dia. Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional, menurut Hatta Rajasa, pemerintah harus mampu mengatasi tiga titik hambatan. Pertama, memperbaiki perencanaan proyek yang terkait belanja modal dan infrastruktur. Kedua, memperbaiki proses pelelangan. Ketiga, memperbaiki proses penyelesaian atau pembayaran. “Ini sebetulnya sudah diatur Perpres No 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan
Barang dan Jasa Pemerintah. Tapi, menurut saya, Perpres ini harus terus dievaluasi.
Kalau menghambat, tentu harus diubah. Pengadaan barang dan jasa pemerintah harus simpel, cepat, transparan, dan akuntabel, bukan njelimet, berbelit-belit, malah memperlambat. Itu repot,” Hatta.




Minim Tenaga Kerja Menanggapi hal itu, ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Latief Adam mengungkapkan,   laju pertumbuhan ekonomi masih didominasi sektor non-tradeable yang terbilang minim menyerap tenaga kerja. “Kontribusi sektor pengolahan dan pertanian masih 39%. Padahal, idealnya, kedua sektor tersebut harus dominan untuk dapat menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas,” ujarnya. Menurut Latief, seharusnya pertumbuhan ekonomi disokong sektor-sektor yang tradeable, seperti pertanian, industri, dan pertambangan. Pasalnya, ketiga sektor tersebut paling besar menyerap tenaga kerja. Dia menambahkan, dengan pencapaianpertumbuhan ekonomi semester I-2011 sebesar 6,5% dibanding semester I tahun silam, Indonesia sepanjang tahun ini mampu mencatatkan pertumbuhan ekonomi di atas 6,7%. Namun, untuk dapat mencapainya, pemerintah harus mampu mengendalikan inflasi.“Pertumbuhan ekonomi sebagian besar didorong konsumsi masyarakat. Jika inflasi tinggi, daya beli masyarakat menurun dan konsumsi masyarakat akan berkurang. Ini tentu berdampak pada pertumbuhan ekonomi,” papardia. Selain disokong tingkat konsumsi  yang tinggi, menurut Latief, trend investasi diperkirakan akan semakin meningkat pada kuartal III. .Demikian pula belanja pemerintah. “Yang akan menjadi hambatan justru ekspor, karena beberapa negara tujuan ekspor seperti Amerika Serikat dan Jepang
menunjukkan penurunan performa,”ucap dia. Dia mengatakan, meskipun pada akhir tahun diprediksi terjadi perlambatan ekonomi global, pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap bakal meningkat. “Eksposur kita dengan AS dan Eropa tidak setinggi Singapura atau negara Asean yang lain. Yang terpengaruh paling-paling ekspor,”ujarnya. Latief menambahkan, terpuruknya ekonomi AS dan Eropa justru akan mendatangkan keuntungan tersendiri bagi Indonesia. Soalnya, para investor akan memilih negara tujuan lain untuk berinvestasi, salah satunya Indonesia. “Capital inflow akan semakin deras. Tinggal bagaimana caranya mentransmisikan capital inflow ke sektor riil,” katanya. Konsumsi Rumah Tangga Kepala BPS Rusman Heriawan mengungkapkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II-2011 mencapai 2,9% dibandingkan triwulan sebelumnya. Sedangkan dibandingkan triwulan yang sama 2010 tumbuh 6,5%. Konsumsi rumahtangga memberikan kontribusi paling besar. Sebaliknya, belanja pemerintah berkontribusi paling rendah. Secara spasial, menurut dia, struktur perekonomian Indonesia pada triwulan II-2011 masih didominasi kelompok provinsi di Pulau Jawa dengan kontribusi terhadap PDB sebesar 57,7%, diikuti Sumatera 23,5%, Kalimantan 9,5%, Sulawesi 4,7%, dan sisanya 4,6% dikontribusi pulau-pulau lainnya. Rusman mengatakan, besaran PDB atas dasar harga berlaku pada triwulan II-2011 mencapai Rp 1.811,1 triliun. Adapun PDB atas dasar harga konstan 2000 pada triwulan yang sama sebesar Rp 611,1 triliun. Sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah perdagangan, hotel, dan restoran 4,8%, konstruksi 4,2%, serta sector listrik, gas, dan air bersih 4%.Secara tahunan , kata dia, sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh 10,7%, sektor perdagangan, hotel, dan restoran 9,6%, dan sektor konstruksi 7,4%. Struktur PDB triwulan II-2011 masih didominasi sektor industri pengolahan, sektor pertanian, serta sektor perdagangan, hotel, dan restoran dengan kontribusi masingmasing 24,3%, 15,4%, dan 13,9%. Rusman menjelaskan, pertumbuhan PDB triwulan II-2011 dibandingkan triwulan I-2011 yang mencapai 2,9% ditopang kenaikan pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar 1,3%. Sedangkan pengeluaran konsumsi pemerintah naik 26%, pembentukan modal tetap bruto (PMTB) naik 3,9%, ekspor barang dan jasa tumbuh 7,4%, serta impor barang dan jasa meningkat 6%. Dia menambahkan, pertumbuhan ekonomi triwulan II-2011 yang mencapai 6,5% dibandingkan triwulan II- 2010 didukung pengeluaran konsumsi rumahtangga yang meningkat 4,6%. Pendukung lainnya adalah pengeluaran konsumsi pemerintah 4,5%, PMTB 9,2%, ekspor barang dan jasa 17,4%, serta impor barang dan jasa 16%. Adapun pertumbuhan ekonomi semester I-2011 terhadap semester I- 2010 yang mencapai 6,5% didukung peningkatan konsumsi rumahtangga 4,5%, konsumsi pemerintah 3,7%, PMTB 8,3%, serta ekspor dan impor masing-masing 14,9% dan 15,8%. Rusman mengemukakan, struktur PDB penggunaan triwulan II-2011 didominasi komponen pengeluaran rumahtangga sebesar 54,3%. Komponen PMTB dan pengeluaran konsumsi pemerintah memberikan kontribusi masing-masing 31,6% dan 8,3%. Sedangkan ekspor neto berkontribusi 1,9%.
Dampak Positif meskipun pada akhir tahun diprediksi terjadi perlambatan ekonomi global, pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap bakal meningkat. “Eksposur kita dengan AS dan Eropa tidak setinggi Singapura atau negara Asean yang lain. Yang terpengaruh paling-paling ekspor,” terpuruknya ekonomi AS dan Eropa justru akan mendatangkan keuntungan tersendiri bagi Indonesia. Soalnya, para investor akan memilih negara tujuan lain untuk berinvestasi, salah satunya Indonesia. “Capital inflow akan semakin deras. Tinggal bagaimana caranya mentransmisikan capital inflow ke sektor riil,”
Dampak Negatif dari pemerintah harus mampu mengendalikan inflasi.“Pertumbuhan ekonomi sebagian besar didorong konsumsi masyarakat. Jika inflasi tinggi, daya beli masyarakat menurun dan konsumsi masyarakat akan berkurang. Ini tentu berdampak pada pertumbuhan ekonomi,” Selain disokong tingkat konsumsi  yang tinggi, menurut Latief, trend investasi diperkirakan akan semakin meningkat pada kuartal III. .Demikian pula belanja pemerintah. “Yang akan menjadi hambatan justru ekspor, karena beberapa negara tujuan ekspor seperti Amerika Serikat dan Jepang menunjukkan penurunan performa,
Sumber : http://indonesiacompanynews.wordpress.com/2011/08/06/akhir-2011-pendapatan-per-kapita-us-3-600/